Belajar sambil bermain
Dan bermain sambil belajar
Dalam
penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang
dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode belajar sambil
bermain ataupun bermain sambil belajar. Pada hakikatnya dua macam metode
tersebut sama-sama saling mendukung dalam proses belajar anak didik.
Pada
umumnya dalam proses pendidikan pada anak balita atau usia dini lebih
diutamakan pada metode bermain sambil belajar. Hal ini dilakukan karena
metode ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih
suka bermain. Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik
mereka dengan cara bermain sambil belajar yaitu disamping mereka bermain
mereka sekaligus mengasah ketrampilan dan kemampuan. Cara ini akan
lebih berkesan dalam memori otak anak-anak untuk perkembangan
pengetahuannya karena pada usia dini adalah masa-masa perkembangan
memori otak sangat pesat.
Di seluruh dunia anak bermain. Bermain bagi anak bagaikan bekerja bagi manusia dewasa. Ada
anak-anak yang bermain dengan patut, namun ada juga yang bermain ”cukup
berbahaya” mereka lakukan sebagai kanak-kanak. Peran pendidikanlah
untuk mengawal bagaimana permainan dapat menumbuh kembangkan mereka
secara patut dan utuh sebagai anak manusia.
Para
ahli psikologi berpendapat bahwa masa pendidikan di TK merupakan masa
usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini
berpengaruh sangat signifikan bagi prestasi belajar pada jenjang
pendidikan berikutnya. Pendidikan TK dapat memberi andil bagi
peningkatan mutu sumber daya manusia. Pada fase usia emas ini anak
mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan
fisik dan motoriknya, perkembangan watak dan moralnya, serta emosional
dan intelektualnya.
Pada
usia ini pula, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa dan
sosialnya. Usia emas itu datang hanya sekali dan tidak dapat terulang
lagi pada fase berikutnya. Oleh karena itu, masa kanak-kanak merupakan
masa yang sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi
kecerdasannya. Anak pada usia ini harus mendapatkan beragam input yang
merangsangnya, utamanya pengembangan kepribadian dan potensi diri baik
psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni sesuai
dengan tahap perkembangan anak.
Dengan
pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan
ketaqwaan anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam
rangka meletakkan dasar agar menjadi warga negara yang baik.
Pengembangan
sosial, emosional, dan kemandirian, dimaksudkan untuk membina anak agar
dapat mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan
sesamanya maupun dengan orang dewasa dengan baik serta dapat menolong
dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup.
Demikian
juga kemampuan berbahasa, bertujuan agar anak mampu mengungkapkan
pikirannya melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu
berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat
berbahasa Indonesia.
Pengembangan fisik/motorik untuk memperkenalkan dan melatih gerakan
kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan
kordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat
sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan
terampil.
Pengembangan
kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat
mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif
pemecahan masalah, membantu anak mengembangkan kemampuan logika
matematik dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai
kemampuan untuk mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti,
sedangkan pengembangan seni, agar anak mampu menciptakan sesuatu
berdasarkan hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat
menghargai hasil karya yang kreatif.
Bermain
merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK
sesuai kompetensinya. Melalui bermain, anak memperoleh dan memproses
informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan yang
ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang
digunakan di TK merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan
menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil
bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK (Depdiknas,
2006).
Seto
Mulyadi (2006) psikolog anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak, anak
bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak
harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia
bermain. Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan
cara-cara bermain yang menyenangkan.
Anak-anak
senantiasa tumbuh dan berkembang. Mereka menampilkan ciri-ciri fisik
dan psikologis yang berbeda untuk tiap tahap perkembangannya. Masa
anak-anak merupakan masa puncak kreativitasnya, dan kreativitas mereka
perlu terus dijaga dan dikembangkan dengan menciptakan lingkungan yang
menghargai kreativitas yaitu melalui bermain. Oleh karena itu,
pendidikan di TK yang menekankan bermain sambil belajar dapat mendorong
anak untuk mengeluarkan semua daya kreativitasnya.
Seluruh
potensi kecerdasan anak akan berkembang optimal apabila disirami
suasana penuh kasih sayang dan jauh dari berbagai tindak kekerasan,
sehingga anak-anak dapat bermain dengan gembira. Oleh karena itu,
kegiatan belajar yang efektif pada anak dilakukan melalui cara-cara
bermain aktif yang menyenangkan, dan interaksi pedagogis yang
mengutamakan sentuhan emosional, bukan teori akademik.
Jenis Kegiatan Bermain
Beberapa
ahli psikologi anak seperti Rodgers, Erikson, Piaget, Vygotsky, dan
Freud, menyampaikan paling tidak ada tiga jenis kegiatan bermain yang
mendukung pembelajaran anak, yaitu, bermain fungsional atau
sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif.
Bermain fungsional
atau sensorimotor dimaksudkan bahwa anak belajar melalui panca
inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Kebutuhan
sensorimotor anak didukung ketika anak-anak disediakan kesempatan untuk
bergerak secara bebas berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat
permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan, dihadapkan dengan
berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap
kebutuhan perkembangan anak. Anak dibina dengan berbagai cara agar
mereka dapat bermain secara penuh dan diberikan sebanyak mungkin
kesempatan untuk menambah macam gerakan dan meningkatkan perkembangan
sensorimotor.
Bermain peran
disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau
bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk perkembangan
kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun.
Bermain peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar
perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok,
penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri,
keterampilan spasial, afeksi, dan keterampilan kognisi. Bermain peran
memungkinkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan
kembali masa lalu. Kualitas pengalaman main peran tergantung pada
beberapa faktor, antara lain; (1) cukup waktu untuk bermain, (2) ruang
yang cukup, dan (3) adanya peralatan untuk mendukung bermacam-macam
adegan permainan.
Menurut
Erikson terdapat dua jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan
makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak memainkan peran
dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, misalnya orang-orangan
kecil yang lagi berjual beli. Sedangkan bermain peran makro, anak secara
langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu
sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan anak dalam
sebuah rumah tangga.
Bermain konstruktif
dilakukan melalui kegiatan bermain untuk membuat bentuk-bentuk tertentu
menjadi sebuah karya dengan menggunakan beraneka bahan, baik bahan
cair, maupun bahan terstruktur, seperti air, cat, krayon, playdough,
pasir, puzzle, atau bahan alam lain. Bermain pembangunan menurut Piaget
dapat membantu mengembangkan keterampilan anak dalam rangka keberhasilan
sekolahnya dikemudian hari. Melalui bermain pembangunan, anak juga
dapat mengekspresikan dirinya dalam mengembangkan bermain sensorimotor,
bermain peran, serta hubungan kerja sama dengan anak lain dan
menciptakan karya nyata.
Dalam kegiatan bermain, dikenal adanya konsep intensitas dan dentitas.
Konsep intensitas menekankan pada jumlah waktu yang dibutuhkan anak
untuk berpindah melalui tahap perkembangan kognisi, sosial, emosi, dan
fisik yang dibutuhkan Misalnya anak-anak harus memiliki pengalaman
harian yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan bahan yang
bersifat cair, mendapatkan kesempatan untuk menggambar, melukis, dan
keterampilan awal menulis. Bahan-bahan seperti kertas dengan tekstur,
ukuran, dan warna yang berbeda, dengan spidol dan krayon, papan lukis
dengan kertas berbagai ukuran dan kuas akan membantu anak sepanjang
waktu untuk berkembang melalui tahap awal dari corat-coret menuju ke
penciptaan sesuatu yang bermakna dan menuju ke menulis kata dan kemudian
kalimat.
Konsep
densitas menekankan pada keanekaragaman kegiatan bermain yang
disediakan untuk anak di lingkungannya. Kegiatan ini harus memperkaya
kesempatan pengalaman anak melalui beberapa jenis bermain yang dipilih
sesuai dengan minat dan kebutuhan perkembangan anak. Misalnya untuk
melatih keteramplan pembangunan anak dapat menggunakan cat di papan
lukis, nampan cat jari, cat dengan kuas kecil di atas meja, dan
sebagainya. Anak-anak dapat menggunakan palu dengan paku dan kayu,
sisa-sisa bahan bangunan untuk berlatih keterampilan pembangunan
terstruktur. Dengan demikian berarti dalam kegiatan bermain harus
mempunyai intensitas dan dentitas yang memadai.
Dengan
menyediakan beraneka jenis mainan yang tepat bagi anak, peralatan, dan
tempat yang memadai, serta memberi kesempatan yang cukup kepada anak
untuk bermain, misalnya anak mendapat kesempatan memilih serangkaian
kegiatan bermain setiap hari untuk terlibat dalam bermain peran, bermain
pembangunan, dan sensorimotor, hal itu berarti memberi layanan
pendidikan kepada anak TK secara optimal.
Selanjutnya
agar anak-anak dalam bermain dapat berlangsung lebih efektif, maka
pengalaman bermain anak seharusnya direncanakan dengan baik, penataan
lingkungan yang tepat, dan diberi bimbingan untuk memenuhi kebutuhan
setiap anak sebagaimana yang telah dilakukan dalam model pembelajaran
sentra. Ada
beberapa dukungan penataan/pijakan yang dilakukan untuk mencapai mutu
pengalaman bermain, yaitu dukungan penataan lingkungan bermain, penataan
pengalaman sebelum bermain, penataan pengalaman bermain saat bermain,
dan juga penataan pengalaman setelah bermain.
Penataan
lingkungan bermain artinya mengelola lingkungan main dengan bahan-bahan
yang cukup, merencanakan intensitas dan densitas pengalaman, memiliki
berbagai bahan yang mendukung jenis-jenis permainan, sensorimotor,
pembangunan dan bermain peran, memiliki berbagai bahan yang mendukung
pengalaman keaksaraan, dan menata kesempatan main untuk mendukung
hubungan sosial yang positif.
Penataan
pengalaman sebelum bermain merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru
untuk memberi gagasan sebelum anak melakukan kegiatan bermain. Penataan
pengalaman saat bermain, meliputi pemberian waktu kepada anak untuk
mengelola dan memperluas pengalaman bermain, mencontohkan komunikasi
yang tepat, memperkuat dan memperluas bahasa anak, meningkatkan
kesempatan sosialisasi melalui hubungan teman sebaya, mengamati dan
mendokumentasikan kemajuan bermain anak. Sedangkan penataan pengalaman
setelah bermain dimaksudkan mengajak anak untuk mengingat kembali
pengalaman bermainnya dan saling menceritakan pengalaman bermain, serta
mengemas permainan agar tertata kembali.
Guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pola yang disebut
model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan di TK harus
memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis anak.
Selain itu, kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk
berpartisipasi secara aktif, menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan
sumber belajar yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi, dilakukan pada aktivitas bermain sambil belajar, dan
menggunakan pendekatan tematik.
Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK, dikenal beberapa model
pembelajaran, misalnya model klasikal, model kelompok dengan pengaman,
model pembelajaran berdasarkan sudut kegiatan, serta model berdasarkan
berdasarkan area, dan sentra.
Model
klasikal merupakan model pembelajaran yang paling sederhana yang
menganggap anak memiliki kemampuan sama. Dengan sarana bermain yang
sangat terbatas, menyebabkan pembelajaran yang dilaksanakan kurang
menekankan kegiatan bermain, tetapi lebih bersifat akademik. Model
pembelajaran berdasarkan kelompok dengan kegiatan pengaman merupakan
pola pembelajaran, dimana anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan
kegiatan pengaman, sedangkan model pembelajaran berdasarkan sudut
kegiatan, anak-anak dibagi-bagi menjadi beberapa sudut kegiatan.
Penggunaan
model ini sudah mulai memperhatikan keberagaman kemampuan dan minat
anak, dengan menfasilitasi sarana pembelajaran/bermain lebih bervariasi.
Kini, model pembelajaran berdasarkan area atau sentra merupakan
penyempurnaan dari sebelumnya. Pembelajaran yang menggunakan area,
dengan tersedianya banyak area, misalnya area seni, area balok, area
memasak, area bermain peran, area baca-tulis, area matematika, area
gerak dan musik, area pasir dan air, area IPA, dan area agama, kegiatan
bermain anak dalam rangka efektivitas pembelajaran dapat terpenuhi tentu
dengan direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan baik.
Demikian juga pada pembelajaran dengan sentra, proses pembelajaran bukan
hanya didukung dengan penyediaan sentra bermain yang beraneka ragam,
tetapi juga didukung untuk membangun konsep, aturan, ide, dan
pengetahuan anak dengan pijakan/penataan lingkungan bermain, penataan
sebelum bermain, penataan selama bermain, dan penataan setelah bermain,
yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan anak untuk mencapai
perkembangan yang lebih tinggi.
Dengan
pengelolaan sarana bermain, kita dapat menciptakan situasi belajar
sambil bermain yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai
kegiatan, membantu anak dalam pembentukan perilaku dan pengembangan
kemampuan. Selain itu, pengelolaan tersebut dapat memberi kesempatan
kepada anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi atau berinteraksi
dengan lingkungannya, membiasakan anak berperilaku disiplin dan
bertanggungjawab, dapat membangkitkan imajinasi, serta mengembangkan
kreativitas anak.
Kesimpulan
Pendidikan
yang tepat di TK mempunyai pengaruh sangat signifikan bagi proses
tumbuh kembang anak dan mempengaruhi prestasi belajar pada jenjang
pendidikan berikutnya, karena pada masa ini, anak mengalami perkembangan
yang sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya,
perkembangan watak dan moralnya, bahasa dan sosialnya. serta emosional
dan intelektualnya.
Cara
yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan anak TK adalah melalui
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan bermain, karena dunia anak
adalah dunia bermain. Permainan yang digunakan di TK merupakan permainan
yang didisain sedemikian rupa, sehingga merangsang kreativitas anak dan
menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil
bermain merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di TK yang sangat
tepat.
Dalam
implementasinya, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di TK
menggunakan pola yang disebut model pembelajaran. Apapun model
pembelajaran yang digunakan di TK, namun yang terpenting harus dikemas
dalam konteks bermain yang betul-betul didisain secara matang, dengan
memperhatikan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis anak.
kegiatan pembelajaran harus kreatif, interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi anak untuk berpartisipasi secara
aktif, serta menggunakan berbagai sarana/bahan/alat dan sumber belajar
yang beragam, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dilakukan
pada aktivitas bermain sambil belajar, dan menggunakan pendekatan
tematik.
Sebagai
contoh adalah sebuah sekolah TK Islam Al Syukro yang telah memiliki
kurikulum yang telah dikembangkan untuk proses pembelajaran pada
anak-anak yang duduk di bangku TK.
Kurikulum
Kurikulum
KB-TK Islam Al Syukro mengacu pada kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional terbaru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk TK dan RA
tahun 2004 yang diimplementasikan dalam metode "Belajar Sambil Bermain"
dengan enam sentra pengembangan melalui pendekatan Beyond Centers Circle
Times (BCCT) atau dalam bahasa Indonesianya adalah lebih jauh tentang
sentra dan saat lingkaran.
Kegiatan
bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, sentra
makro dan mikro, balok, imtaq, seni dan sentra bahan alam), dalam rangka
mengembangkan seluruh potensi kecerdasan anak. Anak dituntut aktif dan
kreatif dalam kegiatan di sentra-sentra.
Melalui
pendekatan kurikulum hingga tahun ke-12, Al Syukro menyiapkan system
pembelajaran berkesinambungan, di mana murid dapat maju secara bertahap,
berkelanjutan dan konsisten dalam pendidikannya seiring dengan
perkembangan dan kedewasaan psikologis anak. Melalui keterpaduan
kurikulum dan metode yang digunakan, murid, orang tua dan guru dapat
memperoleh kejelasan tentang proses kegiatan dan hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai murid di sekolah.
Pendekatan
ini akan memberikan kelonggaran guru untuk menentukan metoda yang
paling tepat dan menantang para siswa untuk mencapai hasil belajar
seoptimal mungkin. Sekolah dan guru menggunakan kurikulum ini untuk
mengembangkan pembelajaran dan program pengajaran sesuai dengan
kebutuhan murid, keadaan sekolah dan tuntutan kehidupan.
Prinsip-prinsip Filosofi Pendidikan
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Islam Al Syukro, menerapkan dua prinsip pendidikan, yaitu:
1. Meletakkan pendidikan pada empat pilar belajar :
a. Learning How to Know : Adalah belajar untuk mengenal cara memahami dan mengkomunikasikan sesuatu yang dipelajari.
b.
Learning How to Do: Adalah menumbuhkan kreativitas, produktifitas,
ketangguhan dan profesionalisme, menguasai kompetensi menghadapi situasi
yang senantiasa berubah.
c.
Learning How to Be: Pengembangan potensi diri yang meliputi
kemandirian, kemampuan bernalar, imajinasi, kesadaran estetik, disiplin
dan tanggung jawab.
d.
Learning How to Live Together: Pemahaman hidup selaras, seimbang
nasional maupun internasional dengan menghormati nilai spiritual dan
tradisi dalam kebhinekaan.
2. Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan
di era global ini hendaknya memperhatikan kualitas sumber daya manusia.
Karena kualitas SDM akan menentukan kualitas suatu bangsa. Dan kualitas
suatu bangsa akan menentukan keberlangsungan hidup bangsa tersebut yang
terus berubah seiring dengan perubahan zaman menuju ke
masyarakat-industrial. Masyarakat modern - industrial akan berkembang
pesat jika ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, informasi dan
teknologi canggih. Perubahan ini akan berdampak pada generasi muda yang
perlu dipersiapkan untuk belajar terus menerus.
Pengembangan Kemampuan Leadership
Disamping
kedua prinsip pendidikan seperti tersebut di atas, KB/TK Islam Al
Syukro juga mengembangkan kemampuan leadership murid yang antara lain
meliputi :
a. Kemampuan untuk memahami diri sendiri / self understanding
b. Kemampuan keterampilan berkomunikasi / communication
c. Kemampuan menerima dan diterima orang lain / getting along with others
d. Kemampua belajar cara belajar / learning to learn
e. Keterampilan membuat keputusan / making decision
f. Keterampilan mengelola / managing
g. Bekerja dalam kelompok / working with groups
Kegiatan ini terintegrasi dalam kegiatan bermain sambil belajar terutama dalam kegiatan bermain di sudut pengembangan.
METODE “BERMAIN SAMBIL BELAJAR”
Dengan sarana Bermain Sentra Pengembangan
A. Konsep Bermain Sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama Islam Melalui Aplikasi Ilmu Pengetahuan Dan Tehnologi.
Sebagaimana
telah diuraikan diatas, bahwa kegiatan bermain/permainan adalah
kebutuhan yang sangat vital bagi anak. Anak secara sadar atau tidak
sadar akan belajar banyak hal, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
kepribadian anak dikemudian hari.
Berdasarkan
pemahaman inilah, Ibu Hj. Nibras OR Salim melakukan pembaharuan dalam
metode dan system pendidikan untuk anak usia prasekolah. Beliau
melakukan observasi, uji coba, menyusun konsep dan mengaplikasikannya di
Taman Kanak-kanak Islam Masjid Istiqlal.
Dan KB – TK Islam Al Syukro sebagai sekolah binaan dari TK Masjid
Istiqlal menggunakan metode yang sama. Metode ini akan terus
dikembangkan dan disebarkan sebagai metode terbaik dan tepat untuk
pembelajaran anak usia prasekolah diseluruh Indonesia.
Metode yang mampu menggabungkan konsep pembelajaran pengembangan
kemampuan dasar anak dan penanaman jiwa agama (religiusitas) anak sejak
dini.
Metode
pembelajaran tersebut adalah: “Bermain Sambil Belajar Dengan Sarana
Bermain Enam Sentra Pengembangan Integrasi Pendidikan Agama Islam
Melalui Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi”.
Metode
“Bermain Sambil Belajar Integrasi Pendidikan Agama melalui Ilmu
Pengetahuan dan tehnologi” tersebut adalah suatu metode pembelajaran
yang dilakukan dengan cara bermain yang terintegrasi Pendidikan Agama
melalui aplikasi ilmu pengeatahuan dan tehnologi.
Dengan
Moving Class system, kegiatan bermain dilakukan dengan cara berpindah
ruang atau sudut sesuai dengan jadwal perputaran sudut yang telah
ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kejenuhan anak dalam
bermain dan belajar. Dengan pola dan media permainan yang beragam dan
lebih variatif akan memotivasi kreativitas anak berkembang lebih
optimal.
Metode
pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan keimanan, ketaqwaan dan
akhlakul karimah dalam berdaya pikir, berdaya cipta, berbahasa,
berketrampilan dan mengapresiasi seni baik seni musik, tari maupun suara
serta dalam berkegiatan bermain serta berinteraksi sosial anak
sehari-hari.
Kegiatan pengembangan dilaksanakan dalam sentra-sentra pengembangan yang dikelompokkan berdasarkan kategori tertentu, yaitu:
1.Sentra Persiapan Karunia Allah SWT
2.Sentra Ibadah Karunia Allah SWT
3.Sentra Main dan Peran Allah SWT
4.Sentra Balok Karunia Allah SWT
5.Sentra Kreatifitas dan Seni Karunia Allah SWT
6.Sentra Bahan Alam Karunia Allah SWT
Hal
ini untuk memudahkan guru dalam pencapaian tujuan dan target
pengembangan yang telah ditentukan/direncanakan seoptimal mungkin.Dalam
setiap kegiatan sentra bermain, anak harus bermain bersama untuk setiap
jenis permainan minimal dua orang. Hal ini dimaksudkan agar anak
memiliki teman bicara dan berdiskusi dalam rangka pengembangan bahasa
dan aspek perkembangan lainnya.
Dalam
pelaksanaannya, kegiatan belajar mengajar dikelola oleh seorang guru
yang menguasai bidang pengembangan tertentu. Satu kelompok belajar
terdiri max 12 anak. Guru terbagi dalam dua kategori tugas, yaitu:
Guru
kelompok bertugas mengumpulkan data/hasil perkembangan anak setiap
harinya dari setiap sudut pengembangan dan melaporkannya kepada orang
tua murid. Bertanggungjawab dalam kegiatan materi pagi, yang meliputi:
do’a sehari-hari, pengenalan surat-surat pendek, pembahasan tema,
pengenalan huruf dan angka, pengenalan huruf Al Qur’an serta pembacaan
cerita.
Guru
sentra menangani semua kelompok secara bergiliran. Bertugas mengatur
dan menfasilitasi kegiatan pembelajaran dan bertanggung jawab pada
sudutnya masing-masing. Pemanfaatan sudut pengembangan tidak mutlak
seluruhnya harus digunakan. Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi
yang ada. Yang terpenting bahwa dalam setiap kegiatan bermain harus
terintegrasi pendidikan agama dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
tehnologi.
B.Perputaran Sentra
Perputaran
sudut adalah perputaran ruang bermain anak. Perputaran ini diatur
secara bergiliran antar kelompok sesuai dengan kelompok usia, agar tidak
terjadi perbenturan waktu bermain sehingga anak mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti seluruh kegiatan bermain di semua sudut dalam hari-hari
sekolahnya.
|
|
|
|
|
Manfaat Bermain bagi Tumbuh Kembang Anak
Perkembangankognitif
Bermain
bukan hanya merupakan cara unik anak untukbelajar mengenai dunianya,
tetapi juga cara mereka untuk belajar tentang dirisendiri dan
bagaimana mereka menempatkan diri dalam dunianya,
mengembangkanpengetahuan dan memperdalam pemahaman mereka melalui
siklus belajar yangberulang-ulang (Frost, Wortham, & Reifel,
2001). Bermain aktif juga mendorongpemaknaan akan suatu konsep secara
personal. Anak akan lebih mudah mengingatsituasi, ide, dan keterampilan
yang dianggap relevan dengan kondisi dan keadaanmereka (Formberg,
2002).Kegiatan belajar berbasis permainan juga memberikankesempatan
pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan sertamengembangkan
perasaan kompeten dan percaya diri.
Dalam
bermain bebas anak dapat mengembangkankreativitasnya dan mencoba
berbagai alternatif solusi untuk memecahkan masalahyang mereka hadapi
dalam permainan. Dengan demikian, mereka meningkatkankemampuan
perencanaan, berpikir logis, memahami hubungan sebab-akibat,
danpemecahan masalah yang merupakan keterampilan penting dalam
kehidupan nyata(Ginsburg, 2007). Di samping itu, bermain dengan teman
sebaya atau orang lainjuga dapat memperkaya kosa kata dan keterampilan
berkomunikasi anak.
Perkembangan fisik
Karena
bermain seringkali melibatkan aktivitas fisik,maka sangat erat
kaitannya dengan perkembangan kemampuan motorik kasar, motorik halus,
dan skema tubuh ( Frost, Wortham, & Reifel, 2001). Dengan
kemampuantersebut anak akan merasa lebih percaya diri, stabil, mampu
mengkoordinasikangerakan yang merupakan modal dasar contohnya dalam
kegiatan olah raga, duduk dikelas, menulis, dan sebagainya.
Perkembangan Sosial dan Emosional
Sebagai
makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dasaruntuk merasa menjadi
bagian dari kelompok dan belajar untuk berfungsi dalamsuatu kelompok
dengan komposisi dan peranan yang berbeda-beda. Melalui
kegiatanbermain anak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
dibutuhkan dalamberinteraksi seperti menunggu giliran, mengungkapkan
perasaan dan keinginansecara adaptif, berkomunikasi, dan mematuhi
aturan-aturan sosial. Selain itu,bermain dengan orang lain juga
memberikan kesempatan bagi anak untukmenyesuaikan tindakan mereka dengan
orang lain, memahami sudut pandang dankebutuhan orang lain, mengatur
emosi dan mengendalikan diri, serta berbagi‘kekuasaan’, tempat, dan
ide dengan teman bermain (Creasy, Jarvis, & Berk,1998).
Jenis-jenisPermainan
Sensorimotor dan practice play
Sejakdini,
bayi menggunakan panca inderanya untuk mengekplorasi lingkungan
dandunianya. Mereka melatih keterampilan motorik melalui gerakan
repetitif sepertimenggapai dan menggenggam. Jenis mainan yang kaya
akan warna, bentuk, tekstur ,dan bunyi dapat menstimulasi panca indera
anak.
Permainan fungsional
Melaluipermainan
fungsional bayi dan anak dapat mencari tahu apa saja yang
dapatdilakukan suatu objek atau hal-hal yang dapat mereka lakukan
terhadap objektersebut. Anak berusia 12 – 18 bulan menyukai mainan
yang bereaksi terhadaptindakan mereka seperti mengeluarkan bunyi
ketika tombol ditekan, boneka yangkeluar ketika kotak dibuka. Dari
kegiatan ini anak mempelajari dampak darigerakan atau tindakan mereka
terhadap lingkungan sekitarnya. Kemudian menginjak usia tiga tahun,
sebagian besar mainan bersifat fungsional. Objek yang dapat
dimanipulasi seperti lilin,cat, balok, boneka, dan puzzle semakin banyak
dimainkan oleh anak.
Permainan Konstruktif
Sekitar
usia empat tahun kegiatan bermain fungsional cenderung berkurang.
Seiring dengan perkembangannya anak mulai mampu untuk membuat atau
menghasilkan sesuatu eperti gambar, membangun balok, atau membentuk
lilin. Permainan konstruktif merupakan sarana yang sangat baik untuk
mengembangkan keterampilan motorikhalus dan koordinasi mata-gerakan
tangan pada anak.
Permainan Imaginatif
Permainan
imaginatif atau bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial,
emosional,dan bahasa anak. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya
melalui improvisasi peran, mengeksplorasi peran atau menirukan
kegiatan orang-orang di sekitarnya,belajar bekerja sama, saling
berbagi, dan memecahkan masalah. Munculnya jenis permainan ini
menandakan berkembangnya kemampuan untuk berpikir simbolis dan juga
sangat penting untuk perkembangan bahasa dimana anak menggunakan lebih
banyak kosakata dan mampu menyusun sebuah cerita yang
berkesinambungan. Disamping itu, permainan peran juga membantu anak
untuk mengatasi ketakutan dan masalah yang ia hadapi karena seringkali
hal tersebut direfleksikan dalam permainan.
Peran Orangtua dalam Kegiatan Bermain Anak
Besarnya
implikasi bermain dalam setiap aspek perkembangan anak tidak terlepas
dari keterlibatan orang tua atau pengasuh salah satunya dengan
menyediakan fasilitas atau tempat yang aman bagi anak untuk
mengeksplorasi lingkungannya dengan bebas. Orang tua juga dapat
mengembangkan permainan anak agar mendapat informasiyang lebih kaya.
Meskipun terlibat dalam permainan anak, orangtua sebaiknya tetap
membebaskan anak untuk menggunakan imaginasi dan kreativitasnya dengan
tidak terlalu direktif dan mengatur jalannya permainan atau justru
terlalu‘memberikan kemudahkan’ pada anak sehingga kemampuannya dalam
memecahkan masalah tidak terasah. Ketika bermain dengan anak orangtua
juga dapat menantang anak dengan memberikan hambatan atau
masalah-masalah sederhana, contohnya dalam bermain peran, agar
kemampuannya untuk memecahkan masalah meningkat secarabertahap,
belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, berpikir secara
lebih fleksibel dan mampu meregulasi emosinya. ( oleh P.L. GENI M.Psi
klinis Anak RS.PELNI telah disampaikan pada acara symposium 25April
2009 )
|
|
|
|
|
|
Arti Bermain Bagi Anak
Saat
ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat
edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan
pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya
dalam kurikulum pendidikan formal.
Bermain
adalah kegiatan yang sangat dekat dengan dunia anak. Kegiatan ini dapat
dilakukan secara perorangan maupun berkelompok. Jenis permainan, jumlah
peserta serta lamanya waktu yang dialokasikan untuk bermain, bergantung
pada keingingan serta kesepakatan yang dibuat oleh para peserta.
Begitu
akrabnya kegiatan bermain ini dengan keseharian kita, sehingga kita
kerap menganggapnya sebagai kegiatan biasa saja. Tidak ada yang
istimewa. Namun, benarkah demikian?
Bermain versus bekerja
Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata untuk menimbulkan
kesenangan. Hal ini senada dengan pendapat Piaget yang menjelaskan bahwa
bermain terdiri atas tanggapan yang diulang semata untuk kesenangan
fungsional. Pengertian ini membedakan antara bermain dengan bekerja,
yang memiliki tujuan tertentu dan tidak harus menimbulkan kesenangan.
Saat
ini, sekolah telah mengakui nilai dan manfaat bermain yang bersifat
edukatif bagi perkembangan para peserta didik. Hal ini terlihat dengan
pencakupan kegiatan permainan, olah raga, drama, seni dan sebagainya
dalam kurikulum pendidikan formal.
Bermain dan perkembangan anak
Sesungguhnya
bermain memberi manfaat yang besar bagi perkembangan anak. Elizabeth B.
Hurlock, salah seorang pakar perkembangan anak, menuliskan dalam buku
Child Development, setidaknya ada 11 manfaat dari kegiatan bermain bagi
anak. Namun saya hanya akan menguraikan 9 di antaranya, yaitu:
1. Perkembangan fisik
Ketika
seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional "gobak
sodor" atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan otot,
terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata. Sehingga
otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik. Selain itu, bermain
juga berfungsi untuk menyalurkan energi yang berlebihan pada anak, yang
bila terus terpendam akan membuat anak tegang, gelisah dan mudah
tersinggung.
2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam
Sering
kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan yang tidak
menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas perilaku mereka, yang
secara tidak sadar menimbulkan ketegangan dalam dirinya. Ketegangan ini
berkurang ketika anak bermain. Aturan-aturan ketat yang mesti ditaati di
rumah, misalnya jadwal belajar anak, sering kali membuat anak merasa
terkekang. Jika tidak ada komunikasi yang baik antara anak dan orang
tua, maka kondisi ini akan terus membebani sang anak. Para
orang tua dapat memperbaiki kondisi ini dengan terus membangun
komunikasi yang terbuka dengan anak-anaknya, mendengarkan
keluhan-keluhan mereka, bukan menceramahi.
Selain
itu, anak pun perlu diberikan kesempatan cukup untuk beristirahat pada
waktu yang telah disepakati bersama. Sebab kita sama-sama mengetahui
bahwa terlalu mengekang anak, sama buruknya dengan memberikan kebebasan
yang tanpa batas. Melalui bermain anak menyalurkan beban emosionalnya
secara menyenangkan. Mereka dapat berbagi cerita dengan teman-teman
bermainnya untuk tujuan ini.
3. Dorongan berkomunikasi
Seorang
anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui sebuah
permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta memberikan
pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang aturan dan teknis
permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian permainan dapat
berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat para
peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan dimengerti antar
peserta bermain.
4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan.
Ada
begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat dipenuhi
dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui kegiatan
bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia inginkan ketika
bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya menjadi seorang dokter,
tentara maupun seorang pemimpin pasukan perang, yang mustahil mereka
wujudkan dalam kehidupan nyata.
5. Sumber belajar
Melalui
bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang tidak selalu
mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka belajar tentang
arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya sebuah kemenangan maupun
kesedihan ketika mengalami kekalahan.
Semakin
beragam media permainan serta banyaknya variasi kegiatan, kian semakin
bertambah pengetahuan dan pengalaman baru yang mereka terima. Hal ini
dapat difasilitasi oleh para orang tua dengan cara memasukkan unsur
pengetahuan populer dalam permainan anak. Bermain sambil belajar akan
memberikan dua manfaat sekaligus pada anak, yaitu kesenangan serta
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan sejak dini.
6. Rangsangan bagi kreativitas.
Ketika
anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa
bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba melakukan
sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk mengembangkan
daya kreativitas dan imajinasinya.
Ide-ide
spontan yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima
oleh teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan dari
lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif lainnya.
Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.
7. Perkembangan wawasan diri.
Melalui
bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-teman
sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan kemampuan yang ia
miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya konsep diri yang lebih jelas
dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan kemampuannya, jika ternyata ia
jauh tertinggal dibandingkan teman-teman sepermainannya. Hal ini menjadi
faktor pendorong yang sehat dalam pengembangan diri seorang anak.
8. Belajar bersosialisasi.
Bersosialisasi
dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting yang perlu dilakukan
oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses bersosialisai tersebut
terbangun dengan cara yang wajar dan menyenangkan. Tidak jarang timbul
beberapa masalah ketika anak-anak bermain. Mereka belajar untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan yang timbul dalam sebuah permainan
secara bersama-sama.